Sepertinya saya tidak tahu lagi cara hidup

by - August 02, 2024




peringatan : kemungkinan membahas bunuh diri, ableisme, rasisme, eugenika, serta kemungkinan victim mentality, bahasa kasar, tulisan anak tidak tahu diri, tulisan jelek, tulisan yang pantas dimarahi seperti komunitas marah marah, penyebutan ABA sebagai abuse, tulisan yang dibenci HRD se Indonesia Raya (jaga jaga)

jujur saya sudah tidak tahu lagi harus mengupdate apa. saya tetap tidak punya kerjaan untuk menghidupi diri sendiri (dan akan divonis tidak berusaha keras, suka pilih pilih lowongan, pelit karena tidak mau terjun ke marketing, dsb dsb, genosida di Palestina, Kongo, Sudan, Papua, tetap berjalan sementara si pelaku merasa tidak bersalah dan petatang petiting dengan sikap sok besarnya (termasuk Indonesia dengan lowongan super diskriminatif terhadap disabilitas apalagi autisme karena mereka pikir autistik sudah menjadi normal setelah masuk sekolah cuci otak bernama ABA). sudah hampir 20 bulan hidup pontang-panting dengan uang blog seadanya (kalau ada job non-SEO, kalau mintanya SEO?), uang dari orangtua (yang harusnya bersyukur ada privilese tapi di mata orang tua anak yang terlahir gila dan tak punya pekerjaan adalah kurang ajar apalagi tidak dianugerahi suara lemah lembut ala istri idaman di sinetron), dan duit darurat (yang sudah semakin menipis). Ini akan menjadi post yang menjijikkan, karena menunjukkan anaknya hanya suka akting paling menderita padahal banyak yang lebih menderita, dan orang akan mulai memiripkan saya dengan certain person in real life.

sudah lebih 5 bulan blog sebelah tidak di update, dan jujur setelah saya berpikir saya tidak tahu lagi apa yang harus saya tulis. dari penulis yang suka ngajar ke sekolah, orang komunitas, guru di kelas kelas mana saja, anak anak jurnalistik (termasuk jurnalistik kampus), selalu bilang saya punya kemampuan menulis diatas rata-rata, sangat bagus, mudah dipahami, merasa membaca penulis besar, dan lain pujian sebagainya. Jujur saya capek dipuji dengan kata-kata "potensial" terus. Malah saya lebih menghargai hujatan yang diberikan tim Horizon tahun 2015 ke saya. Karena kemampuan menulis saya gak bakal bisa jauh melambung sampai bikin novel best seller (saya gak punya stamina menyelesaikan teks fiksi panjang dengan standar harus menjual oleh para penerbit penerbit anyar), gak bakal dimuat di koran kompas juga, paling mentok ya jadi content creator mepet marketing dengan klien yang mau produk aplikasi mereka menjadi adiksi sampai tidak mau makan dan minum di kalangan anak muda.

Desain pun juga bersaing dengan anak de ka ve dengan portofolio jauh lebih bagus dan berguna ke perusahaan dibandingkan desain saya yang sangat medioker bin tidak jelas. apa lagi? ngejar s2? udah dicoba di s2 deket rumah, gak lulus, ngejar jawa apalagi luar negeri langsung dipatahkan "ndak ado pitihnyo, maha, alun makan dll" bahkan udah disodorkan dan rela ngambil beasiswa. apa pula mau jadi dosen? ngejar prof psikolog? kalau ada yang mau biayain saya min 100 juta mau deh, pada mahal semua dipatahin terus. belum lagi ketemunya disini praktisi dan akademisi psikologi yang itu lagi itu lagi, yang kebanyakan pas saya kesulitan langsung hilang respect sama saya (apalagi mau daftar s2). apalagi, kerja kasar? hhhhh, (seandainya bisa buka mask di akun publik) udah secara mental gak pernah siap, harus ngadepin manusia gak jelas. (dan tolong jangan nanya saya untuk jadi F&B blogger, saya gak bagus review makanan karena kerjaan saya selalu stress eating)

jujur capek dan merasa gak berguna. gak, gak usah bilang postingan blog saya berguna, saya gak nerima MLM kegunaan macam praktisi pseduoscience, gak memberi duit yang bisa bikin saya beli gadget tanpa liat harga juga. kepikiran bunuh diri, tapi dikepala terlintas obituari berita berita bunuh diri. semuanya disalahkan, diejek, dianggap egois, divonis masuk neraka dengan aturan agama anu, dianggap bikin tempat angker, dianggap nyusahin orang lain, dsb. Bahkan seorang militer aaron bushnell aja yang bundir dengan membakar diri karena dia gak sanggup tangan dia secara gak langsung terlibat genosida aja, masih dicari-cari apa jiwanya sakit atau gak.

also jangan tanya nikah, tak sudi saya nikah sama semua manusia di dunia ini. pasti gak bakal diterima dan malah jadi objek abuse, udah gitu saya gak bakal ngelahirin anak normal, yang ada anaknya di masukkan ke ABA semua tuh. trus jangan tanya soal j****, pengalaman game gacha udah cukup memberi pelajaran kalau saya tak bakal pernah lucky dalam mendapatkan duit cepet di dunia ini. luck udah ada di keselamatan dan kesempatan saya menjalankan dunia ini.

saya udah di tahap misotheist dan misanthropist. udah benci Tuhan dan Manusia. tapi lingkungan masih maksa gue buat beragama. mau dibilang no longer in religion juga gabisa soalnya bakal divonis masuk neraka. Benci manusia karena mereka merasa kaum mereka harus hidup sesusah apapun hidup, bahkan ketika kena perkosaan dan perundungan sekalipun. Gak boleh mengakhiri hidup secara sukarela. bahkan anestesi buat mengakhiri hidup pun ttp kena penghakiman.

Kalau seandainya HRD, praktisi psikologi dan akademisi psikologi daerah saya (termasuk dosen saya), teman blog saya, keluarga saya baca ini, maaf ya kalau pemikiran saya terlalu negatif dan tidak bisa berpikir positif seperti yang kalian semua suruh. gabisa berpikir positif tanpa uang dan tanpa makanan yang dimakan seutuhnya (makan pagi siang malam saya semuanya stress eating, gaada yang makan beneran soalnya kalau stress eating diluar jadwal malah tambah gendut, gak sehat). Maaf juga termasuk untuk psikolog dan dosen gak saya percayakan untuk konseling karir, soalnya pasti saran Anda itu ke itu lagi dan saya muak dengan saran juallah-diri-dan-CV-Anda serta alat tes lainnya apalagi Anda mungkin sudah tau saya sebenarnya apa.

dan buat yang baca, maaf gak full bahasa Inggris. stress nulis bahasa Inggris. dan maaf tulisan jelek dan sukar dibaca. sengaja, menggambarkan keadaan saya yang hancur dan busuk, tinggal menunggu mati saja. 

kenapa malah dipost disini padahal jejak internet itu kejam? ya saya tahu saya bodoh ketika smp sma curhat gak jelas di blog yang bisa jadi gambaran kelakuan gue sama pelaku dunia kerja, masalahnya gue udah curhat ke keluarga dan ujungnya mereka gak puas dengan keras kepala gue sementara mereka gak mau gue mati. mau ke psikolog? balik lagi keatas, mereka udah tau masalah gue, kalau gue vonis mereka gak bakal ngerti gue ntar malah mereka yang judge gue jelek, jadi mending gausah samsek. dan gak ada gunanya menyeimbangkan hormon kalau duit gak ada dan perut gak pernah diisi selain stress eating.

gaada idup idupnya nih pohon,

You May Also Like

0 Psycho-react!